Senin, 21 April 2014

konsep tri hita karana dalam pariwisata

LATAR BELAKANG

Didalam meningkatkan ketahanan ekonomi masyarakat Bali terutama dalam bidang pariwisata, selain melihat potensi yang ada pemerintah juga harus memperbaiki tatanan sosial masyarakat setempat, budaya, dan mental. Maka dari itu diperlukan konsep kuat yang menjadi pondasi dasar didalam pengembangan pariwisata berbentuk Ekowisata.  

Pondasi tersebut bisa dibangun sesuai dengan kearifan lokal masyarakat setempat, ataupun melalui sebuah konsep filosofis yang dipercaya masyarakat Hindu di Bali yang menuntun ke arah hidup masyarakat yang harmonis. Salah satu konsep filosofis Hindu yang juga dijadikan kearifan lokal tersebut adalah THK (“Tri Hita Karana”) . Secara etimologi, konsep Tri Hita Karana yaitu Tri artinya tiga, Hita berarti sejahtera, dan Karana adalah sebab, terdiri dari parhyangan (lingkungan spiritual), pawongan (lingkungan sosial) dan palemahan (lingkungan alamiah). Secara luas konsep Tri Hita Karana dapat diartikan sebagai tiga hubungan harmonis antara manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia lain, dan manusia dengan lingkungan untuk mencapai keselamatan dan kedamaian alam semesta.
 

IMPLENMENTASI THK DALAM PARIWISATA DI BALI


Propinsi Bali dalam perkembangannya dipenuhi oleh pendatang luar, baik yang menetap sebagai pemukim-pemukim liar sehingga menciptakan kesemrawutan dalam tata ruang dan mengakibatkan kumuhnya tatanan kota, maupun karena meningkatnya laju urbanisasi dan pariwisata yang berdampak pada tingginya kebutuhan dan pemakaian energi dan meningkatnya pencemaran yang terjadi.

Sebagai pusat pariwisata di Indonesia dan sebagai barometer pariwisata dunia, permasalahan yang dihadapi tentu saja sangat berbeda dengan propinsi lainnya yang ada di Indonesia, khususnya dalam menetapkan lahan dan tata ruang yang tepat serta upaya penanganan limbah dan pencemaran, sebagai hasil proses industri. Secara umum Tri Hita Karana berarti tiga penyebab kesejahteraan yang bersumber pada keharmonisan hubungan antara manusia dengan manusia, manusia dengan alam, dan manusia dengan Maha Pencipta. Dimana dengan harmonisnya hubungan antara tiga elemen ini, secara teori akan tercipta sebuah kehidupan yang tenang, bahagia,dan jauh dari rasa iri dengki.


 Kemudian bagaimana sebenarnya hubungan yang dimiliki konsep ini dalam perkembangan pariwisata di Bali? Instansi atau pengelola pariwisata akan melakukan segala macam cara untuk mampu bertahan, mengembangkan usahanya ditengah ketatnya persaingan saat ini tanpa memperdulikan dampak yang akan dihasilkan dalam proses ini nantinya. Walaupun terkadang usahanya tergolong tidak sesuai dengan aturan yang ada. Timbulnya kesembrawutan, pencemaran alam lingkungan yang disebabkan oleh usahanya, ternodainya kesucian tempat suci dan lainnya merupakan sebuah hasil yang yang membawa dampak ke depan yang tidak menguntungkan bagi semua pihak, tetapi malah akan membawa kerugian untuk masa depannya. Disinilah Konsep ini memiliki peranan yang sangat vital untuk memberi kesadaran pada semua pengelola , atau orang yang terjun dibidang ini untuk memikirkan bagaimana menjaga keseimbangan antara usaha dengan alam lingkungan sekitarnya sehingga akan tercipta sebuah keharmonisan secara usaha dan budaya yang akan membawa bidang berjalan secara stabil.

Implementasi yang bisa ditarik dari konsep Tri Hita Karana bagi para pengelola dan insan pariwisata saat ini adalah lebih memperhatikan usaha dengan dampak yang akan ditimbulkan bagi alam sekitarnya tanpa melupakan Tuhan sebagai tonggak terpenting dalam usahanya.Hal ini secara nyata dapat dilakukan dengan adanya sistem ramah lingkungan, dengan adanya pemeliharaan lingkungan sekala berkala, sehingga keasrian alam sekitar akan tetap terjaga, serta adanya timbal balik dan tukar pendapat antara pengelola dengan masyarakat sekitar dalam konteks lingkungan dan keamanan sehingga tercipta keharmonisan antara pengusaha dengan penduduk sekitar, dan juga dibangunnya dan dirawatnya sarana tempat suci yang akan membawa dampak secara rohani bagi anggota perusahaan dan juga masyarakat sekitar. Sehingga disini akan timbul suasana positif, antara pengelola. alam, masyarakat, dan juga tingkat spiritual yang terkadang dilupakan.

KESIMPULAN


Dengan memahami konsep ini secara lebih mendalam, khususnya buat insan pariwisata, saya yakin pariwisata Bali akan bisa bertahan dengan kokoh untuk menghadapi persaingan. Tetapi , ketika konsep ini kemudian diabaikan, dan uang menjadi tujuan utama, kekacauan akan menjadi hasil akhir yang menyedihkan untuk kita semua.

Instansi pemerintah sebagai pemegang kebijakan untuk tidak terpengaruh akan bujukan tertentu yang akan merugikan bidang pariwisata, dimana mereka harus lebih mendalami konsep ini untuk menjaga keutuhan dan keharmonisan pariwisata Bali. Ketegasan dan aturan yang dibuat khususnya terkait dengan pariwisata Bali harus dikaji melalui kajian tentang dampak hubungan antara ALAM-MANUSIA-DAN TUHAN MAHA PENCIPTA.

SUMBER INFORMASI

http://mudiana.webs.com/apps/blog/show/1909311-tri-hita-karana-konsep-dan-implementasinya-dalam-dunia-pariwisata-bali
http://santanakarangasem.blogspot.com/2013/06/konsep-thk-tri-hita-karana-dalam.html
okanila.brinkster.net/mediaFull.asp?ID=363
  

tokoh dan karakter dari kisah ramayana

tokoh dan karakter dari kisah ramayana
Ramayana merupakan sebuah cerita epos dari India hasil karya dari Valmiki. Adapun beberapa tokoh yang ada dalam cerita Ramayana, yakni:
1.      Rama
Rama merupakan putra dari raja Dasarata dengan permaisurinya Kosalya. Karakter Rama dalam kisah ini Rama memiliki sifat yang baik hati,bijaksana,patuh dan sangat menghormati orang tua,bahkan ketika saat Rama di buang ke hutan atas tuntutan dari ibu tirinya yaitu Kaikeyi. Rama merupaka sosok pahlawan yang gagah dan pandai memainkan senjata panah.
2.      Sita
Dewi Sita adalah putri Prabu Janaka, raja negara Mantili atau Mitila. Dewi Sinta diyakini sebagai titisan Bathari Sri Widowati, istri Bathara Wisnu. Selain sangat cantik, Dewi Sinta merupakan putri yang sangat setia, jatmika (selalu dengan sopan santun) dan suci trilaksita (ucapan, pikiran dan hati)nya. Dewi Sita menikah dengan Ramawijaya, putra Prabu Dasarata dengan Dewi Kusalya dari negara Ayodya, setelah Rama memenangkan sayembara mengangkat busur Dewa Siwa di negara Mantili. Dari perkawinan tersebut ia memperoleh dua orang putra masing-masing bernama; Lawa dan Kusya. Karakter Sita dalam kisah ini Sita sangat setia terhadap suaminya Rama. Ketika suatu hari Sita diculik oleh raksasa yang bernama Rahwana,setelah di selamatkan oleh Hanoman Rama meragukan kesucian Sita saat itulah Sita membuktikan kesuciannya dengan melompat ke dalam api.
3.      Laksamana
Laksamana adalah putera ketiga raja Dasarata dengan permaisurinya Sumitra.Mempunyai watak halus, setia dan tak kenal takut. Sejak kecil Leksmana sangat rapat dan sangat sayang kepada Ramawijaya. Leksmana diyakini sebagai titisan Bathara Suman, pasangan Bathara Wisnu.Dengan setia Leksmana mengikuti Ramawijaya menjalani pengasingan selama 13 tahun bersama Dewi Sinta. Ketika Dewi Sinta diculik Prabu Dasamuka dari tengah hutan Dandaka dan disekap di taman Argasoka negara Alengka, Leksmana membantu perjuangan Ramawijaya merebut dan membebaskan kembali Dewi Sinta dari sekapan Prabu Dasamuka. Di dalam perang besar Alengka, Leksmana banyak menewaskan senapati ulung andalan negara Alengka. Ia menewaskan Dewi Sarpakenaka serta Indrajid/Megananda, keduanya adik dan putra kesayagan Prabu Dasamuka.
4.      Rahwana
Rahwana memilki nama lain yaitu Dasamuka. Rahwana berwatak angkara murka, ingin menangnya sendiri, penganiaya dan penghianat. Berani dan selalu menurutkan kata hati. Ia sangat sakti. Memiliki Aji Rawarontek dari Prabu Danaraja dan Aji Pancasona dari Resi Subali. Dasamuka menjadi raja negara Alengka mengantikan kakeknya, Prabu Sumali dengan menyingkirkan pamannya, Prahasta. Ia membunuh Prabu Danaraja, kakak tirinya dan merebut negara Lokapala.
5.      Dasarata
Dasarta merupakan raja di kerajaan Kosalya pusat pemerintahannya di Ayodhya. Beliau juga adalah ayah dari Rama, karakter Dasarata di cerita ini merupakan sosok raja yang baik hati, pemurah, dan slalu menepati janji.

6.      Sumitra
Sumitra merupakan istri ketiga dari raja Dasarata. Ia memilki sifat dan perwatakan; setia, murah hati,baik budi, sabar, jatmika (selalu dengan sopan santun) dan sangat berbakti.
7.      Indrajit
Dalam wiracarita Ramayana, Indrajit  alias Megananda  adalah salah satu putera Rahwana dan menjadi putera mahkota Kerajaan Alengka. Indrajit merupakan ksatria yang sakti mandraguna, dalam perang antara pihak Rama dan Rahwana, Indrajit sering merepotkan bala tentara Rama dengan kesaktiannya. Ia punya senjata sakti yang bernama Nagapasa, apabila senjata tersebut dilepaskan, maka akan keluar ribuan naga meyerang ke barisan musuh. Dalam perang besar tersebut akhirnya Indrajit tewas di tangan Laksmana, adik Rama.


8.      Hanoman
Anoman berwujud kera putih, tetapi dapat berbicara dan beradat-istiadat seperti manusia. Ia juga dikenal dengan nama ; Anjanipura (putra Dewi Anjani), Bayudara (putra Bathara Bayu), Bayusiwi, Guruputra (putra Bathara Guru). Anoman mempunyai perwatakan ; pemberani, sopan-santun, tahu harga diri, setia, prajurit ulung, waspada, rendah hati, teguh dalam pendirian, kuat dan tabah. Ia mati moksa, raga dan sukmanya lenyap di pertapaan Kendalisada.
9.      Kumbakarna
Dalam wiracarita Ramayana, Kumbakarna  adalah saudara kandung Rahwana, raja raksasa dari Alengka. Kumbakarna merupakan seorang raksasa yang sangat tinggi dan berwajah mengerikan, tetapi bersifat perwira dan sering menyadarkan perbuatan kakaknya yang salah. Ia memiliki suatu kelemahan, yaitu tidur selama enam bulan, dan selama ia menjalani masa tidur, ia tidak mampu mengerahkan seluruh kekuatannya. Kumbakarna sering dilambangkan sebagai perwira pembela tanah tumpah darahnya, karena ia membela Alengka untuk segala kaumnya, bukan untuk Rahwana saja, dan ia berperang melawan Rama tanpa rasa permusuhan, hanya semata-mata menjalankan kewajiban.
10.  Wibisana
Wibisana adalah tokoh protagonis dalam wiracarita Ramayana. Ia adalah adik kandung Rahwana. Wibisana merupakan putera bungsu dari Resi Wisrawa, putera Resi Pulatsya, dengan seorang puteri Detya bernama Kekasi. Wibisana memiliki tiga saudara kandung, bernama Rahwana, Kumbakarna, dan Surpanaka. Di antara saudaranya, Wibisana adalah anak yang paling baik. Sifatnya tidak seperti rakshasa pada umumnya meskipun ia merupakan keturunan rakshasa. Karakternya mirip dengan Prahlada yang dilahirkan sebagai keturunan asura, namun menjadi pemuja Wisnu yang setia.